Pangsit, atau dumpling dalam bahasa Inggris, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Awalnya berasal dari Tiongkok, pangsit telah menyebar ke berbagai belahan dunia dan berevolusi menjadi berbagai bentuk dan variasi. Legenda mengaitkan penciptaan pangsit dengan seorang tabib bernama Zhang Zhongjing pada Dinasti Han Timur (206 SM – 220 M) di Tiongkok, yang menggunakan pangsit untuk membantu orang-orang yang menderita radang dingin dengan cara memasukkan obat penyembuh di dalam pangsit.
Pangsit sudah mengalami penyebaran dan kulturisasinya hampir di seluruh Asia dan sebagian Eropa selama abad pertengahan. Seperti di Jepang, pangsit berevolusi menjadi gyoza, di Korea memiliki variasi bernama mandu. Di Indonesia sendiri pangsit menjadi bagian integral dari kuliner lokal, baik pangsit goreng maupun pangsit kuah, yang banyak ditemukan di warung makan hingga restoran mewah. Sedangkan di Tiongkok memiliki banyak nama tergantung daerah, seperti wonton (diambil dari dialek Kanton) secara internasional, húntun dalam bahasa Mandarin, dan chāo shǒu di Sichuan dan Chongqing yang disajikan dalam sup pedas. Serta di Eropa sendiri seperti contohnya di Italia menginspirasi terciptanya pasta isi seperti ravioli dan tortellini.
Pangsit sering disajikan pada acara-acara khusus seperti Tahun Baru Imlek dan melambangkan kekayaan dan kemakmuran. Pangsit telah menjadi makanan yang populer di seluruh dunia, dengan berbagai budaya mengembangkan variasi mereka sendiri. Dari asal-usulnya yang sederhana hingga popularitasnya saat ini, pangsit terus menjadi makanan yang digemari dan memiliki cerita menarik di baliknya.
Mie Mapan juga tidak ketinggalan untuk menyertakan pangsit ke dalam menu-menu populernya sehingga pangsit semakin dikenal dan dinikmati oleh semua kalangan terutama ketika bersama dengan keluarga.